Karir Sepakbola Mohamed Salah: Naik Turun Sebelum Bersinar - OFFSIDE Indonesia

Breaking

Wednesday, August 29, 2018

Karir Sepakbola Mohamed Salah: Naik Turun Sebelum Bersinar

Karir Sepakbola Mohamed Salah: Naik Turun Sebelum Bersinar
Mohamed Salah

Sebelum menjadi bintang yang luar biasa di Liverpool musim ini, Mohamed Salah telah melewati karier yang naik-turun dalam beberapa tahun terakhir...

"Sepakbola bagi saya hanyalah permainan. Mungkin itu bahkan bukan hobi. Mungkin itu adalah mimpi yang mustahil. Namun, saya pikir, untuk pertama kalinya, ini juga bisa menjadi pekerjaan saat berusia 14 tahun. Saya waktu itu bermain untuk klub yang disebut El Mokawloon dan saya bek kiri, mengenakan kaos nomor tiga."

"Jujur saja, saya tidak menyangka (untuk bermain di klub papan atas Eropa). Tapi saya selalu berusaha memperbaiki diri, bahkan saat masih kecil. Saya ingin bermain di level teratas sepakbola Mesir. Tapi di Eropa... saya tidak mengharapkan ini. Tapi ketika saya akhirnya mampu bermain di tim utama klub Mesir, saya mengatakan 'mengapa Anda tidak bermain di Eropa? Anda harus bermain di Eropa '. Lalu saat saya bermain di Basel, saya bilang 'ayo ke klub yang lebih besar'. "

Mohamed Salah tak akan pernah menyangka dirinya akan bermain di Eropa bahkan bersinar disana. Pemain yang dulunya seorang bek kiri ini terus berkembang selayaknya pemuda di belahan dunia lainnya dalam dunia sepakbola. Namun berkembang bukan artinya harus melulu melalui hal-hal yang baik dan menyenangkan – namun juga hal yang tak menyenangkan dalam pejalanan kariernya. Mo Salah telah melalui itu semua.

Penghentian kompetisi di Mesir karena kericuhan membuat Mo hengkang dari Mesir menuju Eropa. Ada hikmah yang baik pada setiap musibah, tentu saja. Bahkan di awal kariernya, Mo langsung berhasil menjuarai liga Swiss bersama Basel. Namun tekanan mulai datang kepada pemuda Mesir tersebut dari publik negaranya sendiri ketika Mo bersalaman dengan pemain asal Israel (dan klub Israel) di Liga Champions Eropa. Padahal selidik punya selidik, Mesir adalah negara yang menolak rezim Israel di Palestina.

Mo adalah seorang muslim taat, begitupun keluarganya. Namun ia ternyata menghayati profesionlisme dalam sepakbola. Ia yang bermain di Eropa tentu menyadari peluang untuk bertemu klub Israel di kompetisi antar klub Eropa (UCL/UEL). Bahkan ayahnya pun mendukung keputusan Mo untuk teteap membela FC Basel saat bersua klub Israel tersebut. Meski dihujat banyak kalangan di Mesir, Mo tetap didukung keluarganya. Hal tersebutlah yang membuat Mo muda terus tumbuh dan berkembang secara mental dan kemapuan selama merumput di Eropa.


Lanjut ke halaman berikutnya
1 2 3

No comments:

Post a Comment