Jalan Berliku Richarlison, Kampung Narkoba, Es Krim dan Premier League - OFFSIDE Indonesia

Breaking

Friday, September 14, 2018

Jalan Berliku Richarlison, Kampung Narkoba, Es Krim dan Premier League

Jalan Berliku Richarlison, Kampung Narkoba, Es Krim dan Premier League
Richarlison
Selain Saul Niguez dan Marco Asensio bersama timnas Spanyol, satu sosok yang mendapatkan panggung pada jeda internasional pekan lalu adalah bintang muda timnas Brasil, Richarlison. Dia tampil menawan saat Brasil menang 5-0 atas El Salvador.
Richarlison menjadi inisiator kemenangan Brasil, bersama dua pemain bintang lainnya yakni Neymar dan Philippe Coutinho. Pada laga debutnya bersama Brasil tersebut, Richarlison sukses mencetak dua gol dan menginisiasi gol penalti Neymar
Jauh sebelum menjalani debut bersama timnas Brasil pada Rabu (12/9/2018) lalu, kisah Richarlison tak ubahnya seperti putaran roda. Dia pernah di bawah, menjalani garis nasib yang begitu getir. Namun, kini Richarlison mulai menantang dunia
Kisah hidup Richarlison nyaris sama dengan para bintang sepakbola dunia asal Brasil lain. Dia hidup di jalanan, di daerah kumuh. Nova Nenecia, kota tempat di mana Richarlison dilahirkan, adalah sarang dari geng narkoba dan senjata api ilegal
Baca JugaKeberuntungan Untuk Hazard itu Bernama Sarri
Richarlison kecil tentu saja akrab dengan dua hal tersebut. Teman-temannya adalah tukang madat. Temannya yang lain, sejak kecil sudah bermain senjata api. Bahkan, Richarlison kerap ditodong senjata api. Namun, Richarlison memilih jalan untuk bermain bola saat temannya madat.
Ayahnya Richarlison adalah pemain bola. Tapi, dia tidak bermain di level yang sama dengan Ronaldinho atau Ronaldo. Sang ayah, Antonia Carlos, hanya bermain di level amatir. Namun, dialah yang berjasa membuat Richarlison mengenal sepakbola dan kemudian mencintainya.
Kondisi keluarga Richarlison pun jauh dari ideal. Pada usia 10 tahun, dia mendapati ayah dan ibunya harus berpisah karena perceraian. Richarlison akhirnya memutuskan untuk ikut ayahnya. Kondisi yang membuat Richarlison harus berjuang untuk belajar sepakbola.
"Saya tidak punya uang untuk ongkos bus,” kata Richarlison.
"Saya terpaksa harus menjual permen dan es krim di jalanan dan bekerja di lapangan untuk membantu kedua orang tua. Saya melakukan itu sebab semua orang melakukan apapun agar mereka bisa mewujudkan mimpi menjadi pesepak bola,” kata Richarlison.
Richarlison muda mengawali karir sepakbola bersama Real Noroeste. Talenta besar yang dia miliki kemudian memikat hati para pemandu bakat America Mineiro. Klub profesional pertama pemuda kelahiran 10 Mei 1997 ini juga bukan klub besar, America Miniero hanya bermain di Serie B Brasil.
Namun, ibarat mutiara, Richarlison tetap bersinar meskipun berada di kubangan lumpur sekalipun. Pada tahun 2016, Richarlison pindah ke klub papan atas Brasil yakni Fluminense.
Permainan Richarlison terus meningkat bersama Fluminense dan tidak butuh waktu lama baginya untuk segera dilirik klub-klub Eropa. Kabarnya, ada beberapa klub papan atas yang mengincar jasanya, Tapi, Richarlison tidak memilih jalan pindah dan bergabung dengan Watford demi menit bermain yang lebih menunjang.
Baca JugaAntara Cetak Biru Napoli, Sarri, dan Kesuksesan Chelsea
Sebuah keputusan yang terbukti jitu, Richarlison bermain secara reguler pada musim 2017/18, setelah dia beli dengan harga 12,4 juta euro oleh Watford. Pada musim pertamanya di Premier League, sang mantan penjual es krim tersebut mencatat lima hol dari 38 pertandingan. Artinya, dia selalu tampil pada setiap kali Watford bermain.
Bursa transfer musim panas menjadi momen penting bagi Richarlison. Sebab, dia jadi sorotan publik Inggris, bahkan mungkin juga dunia. Sebab, Everton bersedia untuk membelinya dengan harga 45 juta euro. Bukan harga yang murah, apalagi untuk pemain yang baru semusim di Premier League dan berusia 21 tahun.
Adalah Marco Silva yang menjadi otak dari kepindahan Richarlison ke Everton. Pelatih asal Portugal tersebut pula yang memberi kesempatan bagi Richarlison untuk berkiprah di Eropa bersama Watford pada musim lalu. Marco Silva dan Richarlison seperti sudah terkoneksi dengan baik.
Richarlison menjalani debutnya di Everton dengan mencetak dua gol ke gawang Wolves di pekan perdana Premier League. Namun, Everton hanya mampu bermain imbang 2-2 lawan klub promosi tersebut. Selanjutnya, dia kembali mencetak gol dan membawa The Toffes menang 2-1 atas Southampton.
Namun, pekan ketiga Premier League musim 2018/19 memberikan pelajaran penting bagi Richarlison. Bukan gol yang dia toreh, tapi kartu merah. Richarlison tidak mampu menahan emosinya. Dia terprovokasi dan kemudian menanduk pemain belakang Bournemouth, Adam Smith.
Cerita epik Richarlison berlanjut pada 27 Agustus yang lalu, saat namanya diumumkan masuk skuat timnas Brasil untuk pertama kalinya. Richarlison membayar tuntas kepercayaan yang diberikan oleh pelatih Tite pada debutnya melawan El Salvador. Dua gol mampu dia cetak dan membawa Brasil menang 5-0.
"Saya telah belajar, bahwa Anda butuh kesabaran, ketekunan, dan keyakinan pada orang-orang untuk mengejar apa yang menjadi cita-citamu selama ini,” kata Richarlison.

Tentu saja cerita Richarlison belum akan selesai begitu laga Brasil melawan El Salvador usai. Justru, halaman demi halaman yang akan ditulis oleh Richarlison kini sangat dinantikan. Usianya masih 21 tahun, karir Richarlison masih panjang dan bukan tidak mungkin dia akan bermain di klub yang lebih besar dan menoreh prestasi untuk timnas Brasil.

No comments:

Post a Comment